Selasa, 24 April 2012


Karaeng Matoaya
Nama pribadi adalah, I-Mallingkaang. Nama kerajaan-Nya (Paddaenganna) adalah Daeng Mannyonri. Nama (Pakkaraenganna) sebelum Ia menjadi penguasa adalah Karaeng Katangka. Disebut juga Sultan Abdullah Awawul Islam. Nama-Nya setelah meninggal disebut Tu-Mammenanga-ri-Agamana ('Dia yang meninggal dalam agamanya "). Di gelar juga Karaeng Kanjilo, Karaeng Segeri, Karaeng Barombong, Karaeng Data dan Karaeng Allu. Namun diantara nama-Nya itu Beliau lebih populer dengan nama Karaeng Matoaya (Raja Tua) (1570-1636). Raja Tallo sekaligus merupakan Perdana Menteri Gowa.

Karaeng Matoaya adalah anak dari Raja Tallo ke-IV, I Mappatakangtana Daeng Paduduq (Tumenanga ri Makkayoang) dari istrinya yang bernama, semoga saya tidak terkutuk adalah I Sapi. Naik tahta mengantikan Raja Tallo ke VI yang juga merupakan Raja Gowa ke- XIII yang bernama I-Tepukaraeng Daeng Parabung Karaeng Bontolangkasa “Tunipasulu” Tu Menanga ri Butung.

Digelar Sultan Abdullah Awawul Islam karena Dialah orang pertama yang mengucapkan kalimat syahadat di tanah Sulawesi. Ia masuk Islam pada malam jumat tanggal 9 Jumadil Awal 1014 Hijriah (22 September 1605). Yang mengislamkannya ialah Khatib Tunggal Abdul Makmur yang berasal dari kota tengah (Sumatera Barat) yang juga di gelar Datok ri Bandang.

Karaeng Matoaya dikenal sebagai seorang Muslim yang taat dan berpengetahuan, sebagaimana digambarkan dalam kutipan berikut : Dikatakan bahwa Raja ini adalah seorang yang sangat alim berpengetahuan (panrita), seorang pemberani, seorang yang mempunyai wawasan yang sangat mendalam dan bijaksana; seorang yang terampil dan mampu menjadi penyelenggara (penentu, pengambil kebijakan); tangkas dalam pekerjaan baik pekerjaan laki-laki maupun kerajinan perempuan; ia adalah seorang yang jujur (tegak), baik hati, dan ramah. Dia mampu membaca dan memahami apa yang ia baca; Dia mahir membaca dan menulis tulisan Arab, banyak kitab yang Dia baca, dari waktu Dia memeluk agama Islam sampai kematiannya ia tidak pernah meninggalkan sholat kecuali sekali yakni ketika ia menderita sakit (dengan kaki yang bengkak) tatkala orang Inggris mengobatinya dengan memberinya minuman keras, 18 hari lamanya ia tidak shalat. Dia senantiasa mengerjakan sembahyang sunat, seperti shalat sunat Rawatib, Witir, Adduha, Tasbih dan Tahajjud. Berkata I-Loqmoq ri Paotere [salah satu jandanya] :"Paling sedikit sembahyang malamnya dua rakaat dan paling banyak sepuluh rakaat setiap malam”. Dia melakukan sembahyang sunat tasbih pada setiap malam Jumat, Dan setiap malam pada bulan Ramadhan. Dia senantiasa membayar pajak (zakat) emas, zakat kerbau (binatang) juga zakat beras pada setiap tahunnya. Dia sering memberi izin untuk bekerja, dan juga senantiasa berdoa. Berkata Karaenga ri Ujung Pandang :"Dia banyak belajar Morfologi arab dari Khatib Intang di Koja Manawara'.

Karaeng inilah yang menjadikan (ampasallangi) orang Makassar di seluruh tanah Makassar menganut agama Islam. Juga orang Bugis di seluruh tanah Bugis, kecuali Luwu. Dikatakan bahwa hanya dua tahun setelah Karaeng Matoaya mengucapkan Syahadat, maka seluruh rakyat Gowa dan Tallo pun sudah selesai di Islamkan, yang ditandai dengan diadakannya sembahyang Jumat pertama di Tallo pada tanggal 9 November 1607 (19 Rajab 1016). Dan dalam jangka waktu 4 tahun, seluruh tanah di Sulawesi Selatan pun telah di islamkan.

Meskipun Karaeng Matoaya adalah orang kedua dibawah Raja Gowa. Namun Dia adalah merupakan pemimpin utama kerajaan Makassar (Gowa-Tallo) yang mengendalikan seluruh kebijakan didalamnya, terutama pada tahun-tahun awal ketika Raja Gowa, yang juga keponakannya itu masih sangat muda (masih belia).

Karaeng Matoaya tercatat menikah sebanyak dua (2) kali. Satu istrinya bernama Karaeng Manaungi. Satu lagi istrinya bernama Karaeng ri Naung. Dari hasil perkawinannya tersebut dikaruniai enam (6) orang anak ; 1) Karaeng Patinga Tampatsina. 2) I-Manginyarang Karaeng Kanjilo Daeng Makiyo Sultan Abdul Jafar Muzaffar. 3) I-Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingaloang [Tumenanga ri Bontobiraeng]. 4) La Mallawakkang Daeng Sisila Karaeng Popo Abdul Kadir. 5) Tumataya ri Bantang Daeng Mangemba. 6) Daeng Mangeppe.

Setelah Karaeng Matoaya wafat, Dia digantikan oleh anaknya yang bernama I-Manginyarang Karaeng Kanjilo Daeng Makkiyo Sultan Abdul Jafar Muzaffar sebagai Raja Tallo VIII, dari istrinya yang bernama Karaeng ri Naung.**



Macan Lambaraqna Gowa : I Mappatakangtana Daeng Paduduq Tumenanga ri Makkayoang
Macan Lambaraqna Gowa (Harimau Liar dari Goa). Adalah sebuah gelar, sama dengan gelar-gelar lainnya seperti Macan Keboka ri Tallo, Macan Leqlenga ri Katangka, Macan Ejayya ri Sanrobone, Macan Beru Bakkaka ri Luwu.

Adalah, nama pribadi-Nya I Mappatakangtana. Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Paduduq (Tumenanga ri Makkayoang) yang digelar sebagai Macan Lambaraqna Gowa. Beliau adalah Somba [Raja Tallo IV, tak lain adalah Ayah dari I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Karaeng Matowaya Sultan Abdu'llah Awwal al-Islam [Tu-Mammenanga-ri-Agamana]. Ayahnya adalah Karaeng Tunipasuru (Raja Tallo III), Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, adalah I Mangayoang Berang. Nama Pakkaraenganna sebelum dia menjadi penguasa adalah Karaeng Pasi. Ibundanya adalah Tumamalianga ri Tallo, nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur adalah I Passile'ba, putri Karaeng Loe ri Maros.

Tumenanga ri Makkayoang, dikatakan bahwa selain menjabat sebagai Somba [Raja] Tallo, Dia juga mendampingi Somba [Raja] Gowa menjalankan pemerintahannya, yakni sebagai Mangkubumi [Tumabbicara Butta Gowa]. Dialah yang mendampingi Somba Gowa ke-X [Karaeng Tunipallangga Ulaweng] dalam usahanya untuk melanjutkan pembangunan dan perluasan wilayah kekuasaan Gowa,hingga masa pemerintahan Somba [Raja] Gowa ke-12 [I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa.

Dialah yang membujuk hingga akhirnya berhasil membawa pulang Karaeng Tunipallangga Ulaweng dari Papolong ke Gowa ketika sakit yang di deritanya bertambah parah sewaktu keduanya memimpin peperangan melawan Bone. Dia pula yang mewakili Gowa bersama I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa [putera mahkota pada saat itu] dalam perundingan [perjanjian perbatasan] yang di sebut Ulukanaya ri Caleppa [Kesepakatan di Caleppa], antara Gowa dan Bone.

Setelah Tumenanga ri Makkayoang wafat, maka yang menjadi Somba [Raja] Tallo adalah I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bonto Langkasa merangkap sebagai Somba [Raja] Gowa.** Wassalam, Semoga manfaat...

Karaeng Patanna Langkana adalah anak sulung dari tiga bersaudara dari Karaeng Loe ri Maros. Naik tahta mengantikan ayahandanya sebagai penguasa [karaeng] Maros IV (1538-1572 ).

Tiga bersaudara tersebut adalah, pertama Karaeng Patanna Langkana. Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk adalah, I Mappasomba. Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Nguraga. Yang kedua adalah Karaeng Barasa. Berikutnya yang ketiga adalah Tumamalianga ri Tallo. Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur adalah I Passileqba Tumamalianga ri Talloq. Dia menikah dengan Tunipasuruq yang berkuasa di Tallo, Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, adalah Mangayoang Berang. Nama Pakkaraenganna sebelum dia menjadi penguasa adalah Karaeng Pasi. Tumamalianga ri Tallo inilah yang melahirkan Tumenanga ri Tallo, macang lambaraqna Gowa (harimau liar dari Gowa). Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, I Mappatakangtana Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Paduduq. Setelah Karaeng Loe ri Maros meninggal, maka Karaeng Patanna Langkana menjadi penguasa di Maros. Dia disebut “Patanna Langkana” karena dia membangun sebuah istana dengan dua belas bagian pada pilar.

Karaeng Patanna Langkana berperang dengan Gowa, membantu Tallo [pada masa Karaeng Tumapa’risi Kallonna]. Pada waktu Tunipalangga Ulaweng menjadi Somba di Gowa. Nama pribadi-Nya, I Moriwogau. Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Bonto. Nama Pakkaraenganna sebelum ia menjadi penguasa adalah Karaeng Lakiung. Patanna Langkana membantu Somba Gowa menaklukkan Lengkese dan rakyat Polombangkeng. Ialah [Tunipalangga Ulaweng] yang pertama berperang melawan orang Bugis di Bampangang. Mengejar Suppa dan Lamuru sampai di Walanaya. Mereka menaklukkan penguasa wanita (datu bainea) bernama I Daengku dan pengikut-nya. Mereka menaklukkan Cenrana, Salomekko, Cina, Kacu, Patuku, Kalubimbing, Bulo-Bulo, Kajang, dan Lamatti. [Patanna Langkana] membantu Somba Gowa menaklukkan Samanggi, Cenrana, dan Bengo dan membuatnya menjadi pengikut Gowa (Palili Gowa). Dari Saumata dan Camba ganti rugi perang [bea perang] diambil, sebanyak lima Kati dan lima tahil emas. Karaeng Patanna Langkana ikut [menjadi pengikut Gowa] setelah [Tallo] ditaklukkan oleh Gowa. Itu pulalah yang menjadikan Tallo dan Gowa menjadi satu (Rua Karaeng na Se’re Ata).

Karaeng Patanna Langkana memiliki anak, Tunikakasang. Setelah meninggal Karaeng Patanna Langkana, kemudian disebut Tumenanga ri Buluqduaya. Selanjutnya sebagai pewaris takhta adalah Tunikakasang, sebagai penguasa [karaeng] Maros V. Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, I Yunyi, Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Mangemba.


Karaeng Matoaya
 
Nama pribadi adalah, I-Mallingkaang. Nama kerajaan-Nya (Paddaenganna) adalah Daeng Mannyonri. Nama (Pakkaraenganna) sebelum Ia menjadi penguasa adalah Karaeng Katangka. Disebut juga Sultan Abdullah Awawul Islam. Nama-Nya setelah meninggal disebut Tu-Mammenanga-ri-Agamana ('Dia yang meninggal dalam agamanya "). Di gelar juga Karaeng Kanjilo, Karaeng Segeri, Karaeng Barombong, Karaeng Data dan Karaeng Allu. Namun diantara nama-Nya itu Beliau lebih populer dengan nama Karaeng Matoaya (Raja Tua) (1570-1636). Raja Tallo sekaligus merupakan Perdana Menteri Gowa.

Karaeng Matoaya adalah anak dari Raja Tallo ke-IV, I Mappatakangtana Daeng Paduduq (Tumenanga ri Makkayoang) dari istrinya yang bernama, semoga saya tidak terkutuk adalah I Sapi. Naik tahta mengantikan Raja Tallo ke VI yang juga merupakan Raja Gowa ke- XIII yang bernama I-Tepukaraeng Daeng Parabung Karaeng Bontolangkasa “Tunipasulu” Tu Menanga ri Butung.

Digelar Sultan Abdullah Awawul Islam karena Dialah orang pertama yang mengucapkan kalimat syahadat di tanah Sulawesi. Ia masuk Islam pada malam jumat tanggal 9 Jumadil Awal 1014 Hijriah (22 September 1605). Yang mengislamkannya ialah Khatib Tunggal Abdul Makmur yang berasal dari kota tengah (Sumatera Barat) yang juga di gelar Datok ri Bandang.

Karaeng Matoaya dikenal sebagai seorang Muslim yang taat dan berpengetahuan, sebagaimana digambarkan dalam kutipan berikut : Dikatakan bahwa Raja ini adalah seorang yang sangat alim berpengetahuan (panrita), seorang pemberani, seorang yang mempunyai wawasan yang sangat mendalam dan bijaksana; seorang yang terampil dan mampu menjadi penyelenggara (penentu, pengambil kebijakan); tangkas dalam pekerjaan baik pekerjaan laki-laki maupun kerajinan perempuan; ia adalah seorang yang jujur (tegak), baik hati, dan ramah. Dia mampu membaca dan memahami apa yang ia baca; Dia mahir membaca dan menulis tulisan Arab, banyak kitab yang Dia baca, dari waktu Dia memeluk agama Islam sampai kematiannya ia tidak pernah meninggalkan sholat kecuali sekali yakni ketika ia menderita sakit (dengan kaki yang bengkak) tatkala orang Inggris mengobatinya dengan memberinya minuman keras, 18 hari lamanya ia tidak shalat. Dia senantiasa mengerjakan sembahyang sunat, seperti shalat sunat Rawatib, Witir, Adduha, Tasbih dan Tahajjud. Berkata I-Loqmoq ri Paotere [salah satu jandanya] :"Paling sedikit sembahyang malamnya dua rakaat dan paling banyak sepuluh rakaat setiap malam”. Dia melakukan sembahyang sunat tasbih pada setiap malam Jumat, Dan setiap malam pada bulan Ramadhan. Dia senantiasa membayar pajak (zakat) emas, zakat kerbau (binatang) juga zakat beras pada setiap tahunnya. Dia sering memberi izin untuk bekerja, dan juga senantiasa berdoa. Berkata Karaenga ri Ujung Pandang :"Dia banyak belajar Morfologi arab dari Khatib Intang di Koja Manawara'.

Karaeng inilah yang menjadikan (ampasallangi) orang Makassar di seluruh tanah Makassar menganut agama Islam. Juga orang Bugis di seluruh tanah Bugis, kecuali Luwu. Dikatakan bahwa hanya dua tahun setelah Karaeng Matoaya mengucapkan Syahadat, maka seluruh rakyat Gowa dan Tallo pun sudah selesai di Islamkan, yang ditandai dengan diadakannya sembahyang Jumat pertama di Tallo pada tanggal 9 November 1607 (19 Rajab 1016). Dan dalam jangka waktu 4 tahun, seluruh tanah di Sulawesi Selatan pun telah di islamkan.

Meskipun Karaeng Matoaya adalah orang kedua dibawah Raja Gowa. Namun Dia adalah merupakan pemimpin utama kerajaan Makassar (Gowa-Tallo) yang mengendalikan seluruh kebijakan didalamnya, terutama pada tahun-tahun awal ketika Raja Gowa, yang juga keponakannya itu masih sangat muda (masih belia).

Karaeng Matoaya tercatat menikah sebanyak dua (2) kali. Satu istrinya bernama Karaeng Manaungi. Satu lagi istrinya bernama Karaeng ri Naung. Dari hasil perkawinannya tersebut dikaruniai enam (6) orang anak ; 1) Karaeng Patinga Tampatsina. 2) I-Manginyarang Karaeng Kanjilo Daeng Makiyo Sultan Abdul Jafar Muzaffar. 3) I-Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingaloang [Tumenanga ri Bontobiraeng]. 4) La Mallawakkang Daeng Sisila Karaeng Popo Abdul Kadir. 5) Tumataya ri Bantang Daeng Mangemba. 6) Daeng Mangeppe.

Setelah Karaeng Matoaya wafat, Dia digantikan oleh anaknya yang bernama I-Manginyarang Karaeng Kanjilo Daeng Makkiyo Sultan Abdul Jafar Muzaffar sebagai Raja Tallo VIII, dari istrinya yang bernama Karaeng ri Naung.**



Macan Lambaraqna Gowa : I Mappatakangtana Daeng Paduduq Tumenanga ri Makkayoang
Macan Lambaraqna Gowa (Harimau Liar dari Goa). Adalah sebuah gelar, sama dengan gelar-gelar lainnya seperti Macan Keboka ri Tallo, Macan Leqlenga ri Katangka, Macan Ejayya ri Sanrobone, Macan Beru Bakkaka ri Luwu.

Adalah, nama pribadi-Nya I Mappatakangtana. Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Paduduq (Tumenanga ri Makkayoang) yang digelar sebagai Macan Lambaraqna Gowa. Beliau adalah Somba [Raja Tallo IV, tak lain adalah Ayah dari I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Karaeng Matowaya Sultan Abdu'llah Awwal al-Islam [Tu-Mammenanga-ri-Agamana]. Ayahnya adalah Karaeng Tunipasuru (Raja Tallo III), Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, adalah I Mangayoang Berang. Nama Pakkaraenganna sebelum dia menjadi penguasa adalah Karaeng Pasi. Ibundanya adalah Tumamalianga ri Tallo, nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur adalah I Passile'ba, putri Karaeng Loe ri Maros.

Tumenanga ri Makkayoang, dikatakan bahwa selain menjabat sebagai Somba [Raja] Tallo, Dia juga mendampingi Somba [Raja] Gowa menjalankan pemerintahannya, yakni sebagai Mangkubumi [Tumabbicara Butta Gowa]. Dialah yang mendampingi Somba Gowa ke-X [Karaeng Tunipallangga Ulaweng] dalam usahanya untuk melanjutkan pembangunan dan perluasan wilayah kekuasaan Gowa,hingga masa pemerintahan Somba [Raja] Gowa ke-12 [I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa.

Dialah yang membujuk hingga akhirnya berhasil membawa pulang Karaeng Tunipallangga Ulaweng dari Papolong ke Gowa ketika sakit yang di deritanya bertambah parah sewaktu keduanya memimpin peperangan melawan Bone. Dia pula yang mewakili Gowa bersama I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa [putera mahkota pada saat itu] dalam perundingan [perjanjian perbatasan] yang di sebut Ulukanaya ri Caleppa [Kesepakatan di Caleppa], antara Gowa dan Bone.

Setelah Tumenanga ri Makkayoang wafat, maka yang menjadi Somba [Raja] Tallo adalah I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bonto Langkasa merangkap sebagai Somba [Raja] Gowa.** Wassalam, Semoga manfaat...

Karaeng Patanna Langkana adalah anak sulung dari tiga bersaudara dari Karaeng Loe ri Maros. Naik tahta mengantikan ayahandanya sebagai penguasa [karaeng] Maros IV (1538-1572 ).

Tiga bersaudara tersebut adalah, pertama Karaeng Patanna Langkana. Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk adalah, I Mappasomba. Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Nguraga. Yang kedua adalah Karaeng Barasa. Berikutnya yang ketiga adalah Tumamalianga ri Tallo. Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur adalah I Passileqba Tumamalianga ri Talloq. Dia menikah dengan Tunipasuruq yang berkuasa di Tallo, Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, adalah Mangayoang Berang. Nama Pakkaraenganna sebelum dia menjadi penguasa adalah Karaeng Pasi. Tumamalianga ri Tallo inilah yang melahirkan Tumenanga ri Tallo, macang lambaraqna Gowa (harimau liar dari Gowa). Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, I Mappatakangtana Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Paduduq. Setelah Karaeng Loe ri Maros meninggal, maka Karaeng Patanna Langkana menjadi penguasa di Maros. Dia disebut “Patanna Langkana” karena dia membangun sebuah istana dengan dua belas bagian pada pilar.

Karaeng Patanna Langkana berperang dengan Gowa, membantu Tallo [pada masa Karaeng Tumapa’risi Kallonna]. Pada waktu Tunipalangga Ulaweng menjadi Somba di Gowa. Nama pribadi-Nya, I Moriwogau. Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Bonto. Nama Pakkaraenganna sebelum ia menjadi penguasa adalah Karaeng Lakiung. Patanna Langkana membantu Somba Gowa menaklukkan Lengkese dan rakyat Polombangkeng. Ialah [Tunipalangga Ulaweng] yang pertama berperang melawan orang Bugis di Bampangang. Mengejar Suppa dan Lamuru sampai di Walanaya. Mereka menaklukkan penguasa wanita (datu bainea) bernama I Daengku dan pengikut-nya. Mereka menaklukkan Cenrana, Salomekko, Cina, Kacu, Patuku, Kalubimbing, Bulo-Bulo, Kajang, dan Lamatti. [Patanna Langkana] membantu Somba Gowa menaklukkan Samanggi, Cenrana, dan Bengo dan membuatnya menjadi pengikut Gowa (Palili Gowa). Dari Saumata dan Camba ganti rugi perang [bea perang] diambil, sebanyak lima Kati dan lima tahil emas. Karaeng Patanna Langkana ikut [menjadi pengikut Gowa] setelah [Tallo] ditaklukkan oleh Gowa. Itu pulalah yang menjadikan Tallo dan Gowa menjadi satu (Rua Karaeng na Se’re Ata).

Karaeng Patanna Langkana memiliki anak, Tunikakasang. Setelah meninggal Karaeng Patanna Langkana, kemudian disebut Tumenanga ri Buluqduaya. Selanjutnya sebagai pewaris takhta adalah Tunikakasang, sebagai penguasa [karaeng] Maros V. Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, I Yunyi, Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Mangemba.

Minggu, 22 April 2012

Bangsa Nusantara sebagai Keturunan Nabi Ibrahim AS (Brahma/Bromo?






damai sejahtera nusantara, berikut artkle d bawa memuat tentang asal usul bangsa nusantara, dengan menggunakan beberapa kutipan kitab suci dan sumber referensi lainnya maka kami kembali menyajikan makalah sejarah smoga para pembaca dapat memahami substansi dari makalh tersebut.....
Berawal dari kisah Kobil dan Habil yang merupakan keturunan langsung dari Nabi Adam AS maka proses penyebaran penduduk bumi ini yang disebut sebagai khalifah telah melalui proses yang sangat panjang sekali (Q.S Al Maidah : 27)
Tetapi dari cerita di atas ternyata ada sebuah kisah dan hikmah yang nyaris tidak pernah dipublikasikan kepada umum dikarenakan sumbernya yang masih berdasarkan cerita turun temurun dari nenek moyangnya.

Alkisah dahulu kala Nabi Adam AS beserta Hawa setiap melahirkan anak yang selalu “kembar” laki-laki dan perempuan.
Hingga akhirnya dari 3 anak laki-lakinya (beserta istrinya ; dengan cara kawin silang antar saudara) tersebut diperintahkan untuk mengisi masing-masing negeri yang masih kosong.
  • Satu anaknya yang pertama mendiami daratan Afrika.
  • Satu anaknya yang kedua mendiami daratan Arabia.
  • Dan yang ketiga mendiami daratan Asia (tanah jawa).
Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa diantara anaknya yang paling “CERDAS” itu tiada lain bernama Nabi Sis AS ditunjuk untuk menempati daerah yang disebut sebagai tanah Jawi.
Beliau inilah yang merupakan cikal bakal nenek moyang kita yang diturunkan di tanah JAWA ini.
Sebagai seorang Nabi beliau selalu mengemban tugas untuk saling memperingatkan kaumnya  satu dengan yang lainnya untuk saling berbagi rezeki dan mempersembahkan Kurbannya “hanya” untuk Allah SWT sebagai tanda ujud syukur atas ketaqwaannya sebagai pemimpin di tanah jawa ini.
Selain itu, sifatnya Nabi Sis AS yang lembut, sopan santun dan berilmu tinggi serta diberikan kecerdasan yang sangat luar biasa oleh Allah menjadikan beliau ini selalu menghasilkan hal-hal yang bersifat baru dan berteknologi sangat tinggi dan akurat untuk kurun waktu / masa saat itu.
Hal ini dtandai dengan penemuannya tentang caranya bercocok tanam yang baik dengan memperhatikan musim yang bersadarkan pada perhitungan bintang (Falak), pembuatan tempat persembahan berbentuk Piramida untuk Tuhannya (baik berupa binatang maupun hasil bumi) maupun bagaimana memproses tanah (logam) menjadi sebuah benda yang dapat dipergunakan untuk keperluan hidup sehari-hari (Nujum).
Itulah keistimewaan Nabi Sis AS dengan kelemah-lembutannya, kepekaan sosialnya yang tinggi serta kecerdasannya yang luar biasa akhirnya sama penduduknya digambarkan sebagai seorang ‘SEMAR’.
Kata ini di ambil dari kata “samiri” yang artinya samar-samar / kasat mata karena beliau sehari-hari laku / kerjanya hanya beribadah kepada Tuhannya.
Tiada laku hidupnya hanya untuk dipersembahkan kepada Tuhannya saja, tidak lebih.
Makanya emas, perak, dan semua perhiasan maupun hasil bumi yang melimpah di bumi jawa  ini hanya sebagai “sarana” saja untuk menuju ketakwaan kepada Tuhannya.
Dilain sisi, dengan kecerdasannya yang sangat tinggi itu melahirkan bangunan kota modern yang tersistematis dengan desa-desa beserta irigasinya yang tertata rapi serta tata kota pemerintahan berada dipusatnya (epicentrum).
Inilah negeri yang selama ini disebut sebagai negeri Atlantis yang telah hilang itu (Arysio Santos – The Lost Continent Finally Found).

Negeri kita Indonesia Raya, dimana sang nyiur tak pernah lelah melambai-lambai memanggil ibu pertiwi.
Negeri peradaban dunia yang banyak dicari orang selama ini.
Bukti bahwasanya kita adalah  negeri yang sangat tinggi ditandai dengan kebudayaannya yang beraneka warna, beragam bahasa, beragam adat istiadat, beragam suku yang membaur dalam balutan sang “Merah Putih”.
Negeri kemerdekaan untuk semua ummat.
Negeri yang cinta damai.
Tetapi seiring dengan perkembangan waktu di negeri Atlantis ini, sang keseimbangan alam “Raksasa” (Gunung Toba dan Gunung Krakatau) mulai menunjukkan tanda-tanda “saat”-nya sudah mau tiba.

Maka berbondong-bondonglah sebagian besar penduduknya dengan menggunakan perahu Raksasa menaiki itu kapal dan meninggalkan negeri Atlantis menuju negeri asing lainnya.
Hingga “saat” itu benar-benar terjadi yaitu dengan meletusnya gunung Toba yang konon diameter kawahnya sekitar 50 km meledak, mendesak magma ke segala arah lalu meledakkan gunung Krakatau juga dan membumi hanguskan semua yang ada disekitarnya, membuat dunia gelap gulita selama 100 tahun lamanya serta mencairkan lapisan es yang menutupi daratan yang sekarang disebut benua Eropa itu.
Begitu juga air laut-pun naik hingga mencapai 200 meter ! menenggelamkan lembah-lembah pertanian yang subur dulu menjadi sebuah lautan.
Seiring berakhirnya masa “Banjir” bandang sedunia itu maka para khalifah yang baru inipun mulai berpencar ke seantero daratan yang “baru” seperti bumi eropa, amerika, arabia  maupun afrika.
Dinegeri baru  inilah mereka mengajarkan ilmunya kepada penduduk lokal sebagai rasa sumbangsihnya terhadap daratan yang baru dihuninya.
Berhubung mereka ini termasuk ummat-nya yang paling cerdas maka lambat laun mulai ramailah peradaban baru ditanah yang baru ini. Tapi mereka juga tak luput menceritakan asal usul tanah kelahirannya yang nun jauh di seberang dalam berbagai ragam kisah yang unik yang termaktub dalam berbagai kitab para nabi-nabi / pujangga sesudahnya.
Jadi seandainya seluruh penduduk dunia ini disuruh tinggal di bumi Nuswantoro ini maka mereka akan “betah” dan merasa tidak asing, mengapa ? jawabnya ya karena sebetulnya Indonesia terutama tanah jawa ini merupakan ‘MOTHER HOME” city untuk seluruh ummatnya Nabi Adam AS.
Kalaupun ada yang mengklaim bahwasanya Bani Israel itu adanya hanya di negeri Arab, itu juga nggak salah, karena nenek moyang kita juga menyebar kesana. Tapi kalau kita minder dan merasa sebagai bangsa yang terbelakang maka jawabannya nanti dulu…
Karena kitalah sesungguhnya RAS PALING UNGGUL diseluruh dunia ini.
Kadang dengan kecerdasan kita yang  menjadikan kita saling menyalahkan satu dengan yang lainnya. Saling beradu mulut, adu gengsi, dan seterusnya. Dan tidak akan diketemukan dinegeri manapun dimuka bumi ini kecuali Indonesia.
Itulah ciri negeri para FILSAFAT yang “ADA” dan “BERADA” sebelum negeri-negeri “Teknologi” maupun negeri KEYAKINAN” saling bermunculan di bumi ini.
Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.
Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi.
Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma.
Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.
kemungkinan nabi Sis A.S adlh nabi syit..
Dalam bahasa Jawi Kuno, arti jawa adalah moral atau akhlaq, maka dalam percakapan sehari-hari apabila dikatakan seseorang dikatakan : “ora jowo” berarti “tidak punya akhlaq atau tidak punya sopan santun”,
Menurut “mitologi jawa” yang telah menjadi cerita turun temurun, bahwa asal usul bangsa Jawa adalah keturunan BRAHMA DAN DEWI SARASWATI dimana salah satu keturunannya yang sangat terkenal dikalangan Guru Hindustan (India) dan Guru Budha (Cina) adalah 
Batara Guru Janabadra yang mengajarkan “ILMU KEJAWEN”. Sejatinya “Ilmu Kejawen” adalah “Ilmu Akhlaq” yang diajarkan Nabi Ibrahim AS yang disebut dalam Alqur’an “Millatu Ibrahim” dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam wujud Alqur’an dengan “BAHASA ASLI (ARAB)”, dengan pernyataannya “tidaklah aku diutus, kecuali menyempurnakan akhlaq”.
Dalam buku kisah perjalanan Guru Hindustan di India maupun Guru Budha di Cina, mereka menyatakan sama2 belajar “Ilmu Kejawen” kepada Guru Janabadra dan mengembangkan “Ilmu Kejawen” ini dengan nama sesuai dengan asal mereka masing2, di India mereka namakan “Ajaran Hindu”, di Cina mereka namakan “Ajaran Budha”.dan ditimur tengah Islam Dalam sebuah riset terhadap kitab suci Hindu, Budha ,Injil dan Alqur’an, ternyata tokoh BRAHMA sebenarnya adalah NABI IBRAHIM, sedang DEWI SARASWATI adalah DEWI SARAH yang menurunkan bangsa2 selain ARAB. sedangkan dalam bahasa Ibrani ABRAHAM.,
#Brahma adalah Nabi Ibrahim
terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.
Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).
Dan kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).
Jadikan semua perbedaan yang ada ini sebagai satu kekuatan nasional yang dahsyat untuk membangun jati diri bangsa ini menggapai mercusuar dunia yang tidak lama lagi ada dihadapan kita.
ingatlah wahai kaum bani jawi! dulu kamu pernah jaya. Kini ibumu Keturah telah memanggilmu.
Baiklah aku mengalah, dengarkan lagi ceritaku sekedar usaha menyadarkan, wahai bani jawi ….. carilah tentang siapa dirimu? dari mana kamu berasal? ini semua aku lakukan agar kamu teringat kembali akan asal-usulmu ….. aku menangis meraung-meraung melihat kamu tertidur bagaikan mayat …. ya bagaikan mayat berjalan.
Bangunlah dari tidurmu, jika kamu bangun aku percaya pasti kamu akan ingat akan“hirup” dan “ngahuripkeun” tali Allah, itulah keadaanmu dulu mengemban amanah leluhur kita nabi ibrahim a.s. …. itulah janjimu “hidup” di dunia ini, jika keadaanmu telah “hidup” kamu akan seperti nama ibumu Keturah yg selalu harum mewangi selamanya ……
WASIAT TERAHASIA NABI IBRAHIM A.S.
Nb ibrahim a.s. bapak para nabi, mempunyai 3 (tiga) istri yaitu Siti Sarah, Siti Hajar dan Siti Qanturah (Qatura/Keturah). Sarah melahirkan Ishak (Isaac), Hajar (Hagar) melahirkan Ismail (Ishmael) dan Keturah melahirkan 6 (enam) org anak yaitu Zimran, Jakshan, Medan, Midian, Ishbak dan Shuah.
“Now the sons of Keturah, Abraham’s wife:she bare Zimran, and Jokshan, and Medan, and Midian, and Ishbak, and Shuah. And the sons of Jokshan; Sheba, and Dedan.” (Genesis 1:32)
Silsilah  Bani Jawi

Dari istri Keturah lahir bani jawi, agama jawi adalah agama nabi Ibrahim a.s. dan dari sinilah kelak akan lahir SP/RA/al-mahdi.
Fitnah telah terjadi thdp istri2 nb Ibrahim a.s., hanya Sarah sj yg disebut istri. sedangkan Hajar dan Keturah disebut gundik. Rahasia terbuka, ternyata Siti Hajar yg difitnah sbg budak ternyata adalah putri Firaun yg dihadiahkan kpd Nabi Ibrahim a.s. untuk menebus rasa bersalah Firaun ketika berkali2 ingin memperkosa Siti Sarah semasa nb Ibrahim a.s. & Siti Sarah dalam tahanan. Dengan kuasa Allah swt setiap kali Firaun datang hendak berbuat senonoh memperkosa Siti Sarah, perbuatannya selalu terhalang secara aneh berkat doa nb Ibrahim a.s.. Dari situlah baru Firaun sadar bahwa nb Ibrahim bukanlah orang sembarangan, beliau orang suci yg harus dihormati. Akibat rasa bersalah yg teramat sangat maka bukan saja Firaun membebaskan kedua2nya tetapi malah menghadiahkan kpd mereka dgn seorang perempuan muda yg tertutup wajahnya sbg “kifarat” dan hadiah kpd Nb Ibrahim. Rahasia perempuan muda ini terbongkar ketika berjalan pulang dimana nb Ibrahim membuka tutup kepala perempuan itu sambil mempertanyakan asal-usulnya. Alangkah terkejutnya Nb Ibrahim dan Siti Sarah mendengar pengakuan bahwa dia adalah anak perempuan Firaun, dia seorang putri raja agung. Tersentuh hati nb Ibrahim sambil berucap rasa syukur kpd Allah swt yg hendak berkehendak menjaga keturunan sebaik-baiknya.
Jadi keturunan nb Ibrahim yg bernama Ismail yg turun kpd nb Muhammad saw adalah keturunan raja dari raja yg agung Firaun yg pengaruhnya melewati Anatolia dan Kanaan ketika itu (Firaun ini berbeda dgn Firaun pd jaman nb Musa, karena Firaun ini hidup lebih lama dari Ramses II karena sejaman dgn Nb Ibrahim a.s.).
Pada jaman nb Ibrahim tdk ada bangsa yg disebut sbg Yahudi dan sesungguhnya nb Ibrahim bukanlah seorang Yahudi, beliau berasal dari satu kaum purba yg sejaman dgn bangsa Hittites yg telah raib dan bangsa misteri di mesir (Firaun tadi) yg mungkin mewarisi rahasia piramid  dan teknologi canggih zaman itu kpd bangsa Qibti yg menjadi pemerintah setelah itu termasuk Ramses II di jaman nb musa a.s.
Al-Qur’an surah Ali Imran 65-68 :
“Wahai ahli-ahli kitab! mengapa kamu berani berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim, apakah kamu tidak berfikir?
Beginilah kamu, kamu ini bantah-bantahan ttg hal yg kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah ttg hal yg tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yg lurus lagi berserah diri dan sekali-sekali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musrik
Siapakah istri ke-3 yg bernm Keturah yg melahirkan bangsa Mala? atau bani Jawi?
Didalam mitologi jawa, diceritakan bahwa salah satu leluhur bangsa sunda (jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda yg bermukim di Gunung Mahera.
(Mala itu artinya gunung? bukankah Walwatika & saelendra juga yg dimaksud adalah orang2 gunung? ia ada dimana? ada di tanah nusantara ini?)
.
Kitab al-kamil fial tarikh karya ibnu athir, menyatakan bahwa bani jawi (bangsa sunda, jawa, melayu sumatera, bugis ….. dsb) adalah keturunan nabi ibrahim a.s.
Bani Jawi sbg keturunan nb ibrahim semakin nyata ketika baru2 ini penelitian prof. Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) mendapatkan data bahwa di dalam DNA melayu tdp 27% variant mediterranaen (merupakan DNA bangsa2 EURO-semetik). Variant mediterranaen sendiri tdpt juga dalam DNA keturunan nb ibrahim yg lain spt pd bangsa arab dan bani israil.
BRAHMA ADALAH NB IBRAHIM? . mitos brahma sbg leluhur bangsa2 di nusantara boleh jadi merupakan peristiwa sejarah yakni mengenai kedatangan nb ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristri Siti Qanturah (Qatura/Keturah) yg kelak akan menjadi leluhur bani jawi.
Nb Ibrahim berasal dari bangsa ibriyah atau ‘abara yg berarti menyebrang, nama ibrahim merupakan asal dari nama brahma. Beberapa fakta :
# nb ibrahim memiliki istri bernama sara, sementara brahma pasangannya bernama Saraswati.
# nb Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya Ismail, sementara brahma terhadap anak sulungnya atharva.
# brahma perlambang monotheisme yaitu keyakinan kpd TYME (brhaman), sementara itu nb Ibrahim adalah rasul yg mengajarkan ke esaan Allah.
# nb ibrahim mendirikan baitullah (ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementara brahma membangun rumah tuhan agar tuhan di ingat di sana.
Suku jawa sdh sejak dulu menganut monotheisme spt keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau sangkan paraning dumadi. Selain suku jawa pemahaman monotheisme juga tdpt di dalam masyarakat sunda kuno. hal ini bisa kita jumpai pd keyakinan sunda wiwitan mereka meyakini adanya Allah Yang Maha Kuasa yg dilambangkan dgn ucapan bahasa “nu ngersakeun” atau disebut juga Sang Hyang Keresa.
Adalah wajar mayoritas bani jawi menerima islam sbg penyempurna ajaran monotheisme (tauhid) yg dibawa leluhur nb Ibrahim a.s.
Kita telusuri bait 28 kitab Musarar Jayabaya
“Prabu tusing waliyullah, kadhatone pan kalih, ing mekah ingkang satunggal, tanah jawi kang sawiji ……………….”
(raja utusan waliyullah berkedaton dua di mekah yg pertama, tanah jawi yg satu ….)
Mungkin cucu cicit gadis misteri Kuturah ini tadi ada di situ? Bangsa Keturah telah bersatu di tanah jawa di tanah yg dijanjikan “the land of the east”. Akan tetapi apakah mrk masih teringat akan amanat nb Ibrahim a.s.?
ajaran Ibrahim janganlah dilupakan, bangsa ini telah lupa ingatan ……………!
wahai bani jawi cobalah ingat2 lagi amanah wasiat terahasia nb Ibrahim, dengarkan !
saat detik-detik nb ibrahim akan menutup mata terakhir! Beliau mengumpulkan anak2 Keturah ……………………..
“Abraham took another wife, whose name was Keturah.She bore him Zimran, Jokshan, Medan, Midian, Ishbak and Shuah.Jokshan was the father of Sheba and Dedan; the descendants of Dedan were the Asshurites, the Letushites and the Leummites.The sons of Midian were Ephah, Epher, Hanoch, Abida and Eldaah. All these were descendants of Keturah.” (Genesis 25:1-4) 
Nb Ibrahim pun memanggil anak2nya dari Keturah, zimra, jukshan, madyan, ishbak, medan dan shuah pun mengelilingi ayahnda yg sudah sepuh. Mereka semua sudah melewati usia remaja dan tumbuh sbg anak2 yg kuat dan cerdas menuruni kehebatan bapak mereka serta sifat tenang siti keturah wanita misteri dari timur. Nb Ibrahim berpesan kpd mereka suatu PESAN YG TERAMAT PENTING. kelihatan satu persatu air mata mengalir ke pipi pada wajah anak2nya.
Nabi Ibrahim a.s. menjelang menunggu dijemput oleh malaikat maut, terkenang akan masa lalu yg telah ia lalui, dalam hati nb Ibrahim amat bersyukur kpd Tuhan yang maha esa karena memberikan anugrah yg berlimpah2 selepas kehamilan Sarah istri pertama yg sekian lama tidak melahirkan anak dan nyaris dianggap mandul (QS Hud :72).
Ketenangan lebih terasa di wajah nb Ibrahim setelah Siti Sarah tidak lagi menunjukan perasaan cemburu kpd siti Hajar dan anaknya Ismail. Semua misi dan perintah Allah swt telah dijalankan dgn tabah dan bijaksana, seperti berjalan melitasi empayar firaun kuno (Allah swt menakdirkan beliau bertemu dgn istri keduanya yaitu siti Hajar), perdebatan dgn raja Namrud (nimrod), peristiwa di bakar api besar, peristiwa hijrahnya siti Hajar dgn Nb Ismail serta perintah mengorbankan anaknya.
Disaat-saat ajan sudah dekat, Allah swt pun mewahyukan kpdnya untuk melaksanakan satu misi penting sebelum menutup mata di dunia fana ini. SATU MISI TERAHASIA yg hanya terungkap dalam munuskrip kuno yg dicari-cari, yang tersembunyi ………….
“Jika itu yg Allah swt perintahkan kpd ayahanda, kami sanggup melaksanakan, semoga Allah swt memberkati kita semua dengan rahmat dan kasih sayangNya” 
Nb Ibrahim tersentak dari lamunannya takkala mendengar seorang anaknya berkata demikian. Lega hati nb Ibrahim demi mendengar kata2 anak2nya, satu persatu menyatakan KESANGGUPANNYA melaksanakan perintah Tuhan yang maha esa, maka Nb Ibrahim pun bangkit dari tempat duduknya. Beliau kelihatan MENGAMBIL SESUATU …… anak2nya berpandangan satu sama lainnya. APA YG INGIN DILAKUKAN OLEH AYAHNDA MEREKA?
“Abraham left everything he owned to Isaac.But while he was still living, he gave gifts to the sons of his wife and sent them away from his son Isaac to the land of the east” (Genesis 25:5-6)
Nb Ibrahim pun MEMBERIKAN SESUATU yg amat BERHARGA kepada anak2nya, SESUATU YG MENJADI RAHASIA KPD KETURUNAN KETURAH. KUNCI-KUNCI RAHASIA PERMATA-EMAS atau MEWARISKAN PUSAKA (KERIS) juga sebagai tanda menunjukan mrk adalah keturunan nb Ibrahim “patriach” bertaraf rasul yg bergelar kekasih Allah swt. RAHASIA YG DICARI-CARI DIBURU DAN DI IDAM2KAN KAWAN DAN LAWAN.
Musarar Jayabaya (asmarandana) no.10.
Ecis wesi udharati, ing tembe ana maulana, pan cucu rasul jatine, alunga mring tanah jawa, nggawa ecis punika, kinarya dhuwung puniku, dadi punden bekel jawa”
(sejata pusaka keris berguna untuk mengatasi masalah, kelak kemudian hari ada maulana, masih cucu rasul yg mengembara sampai ke pulau jawa membawa pusaka tsb kelak menjadi cikal bakal tanah jawa)
“…sent them away from his son Isaac to the land of the east.” (Genesis 25:6 New International Version)
maka mereka anak2 Keturah bergerak ke arah timur …
melintasi padang pasir dan kota-kota Akkadia-Babilon, di suatu tempat mereka pun berhenti dan membincangkan sesuatu, melaksanakan perintah tuan yang maha esa yg diwariskan oleh ayahnda mereka dibaca kembali satu persatu. mereka pun berdiskusi dan kelihatannya mereka berpencar menjadi dua.
Diatas adalah petikan dari kitab kejadian dan kitab injil yg merupakan penyimpanan rahasia terbesar berkenaan satu bangsa yg berkerak ke timur dunia bagi pengembangan keturunan manusia seperti yg diperintahkan Tuhan yang maha esa.
Bangsa terahasia inilah yg merupakan PEMEGANG RAHASIA AKHIR JAMAN, SEKALIGUS YG MENJADI SUMBER ALTER TERAHASIA BANGSA MISTERI.
Apakah yg dimaksud ALTER?
alter (kemampuan spritual luar biasa yg menakjubkan) selalu tersembunyi dibelakang personaliti utama yg membayang2i alter2 tersembunyi di belakang personaliti utama yg membayangi alter2 tadi. ttp apabila subyek berada dalam keadaan tertentu dimana personaliti utama tidak mampu menangani, alter ini akan tiba2 muncul dan bereaksi (menakjubkan), maka subyek td akan berubah menjadi alter lain berbeda dari alter utama (personaliti utama). Alter inilah yg tersembunyi didalam setiap orang bani jawi YANG KENAL DIRINYA, ASAL USULNYA DAN SIAPA DIRINYA YG SEBENARNYA?
Kini mereka keturunan Keturah telah sampai ditempat yg dimaksud, mereka bertemu kembali dan berpeluk-pelukan dan merayakan kemenangannya telah menemukan benua yg dijanjikan. Kerena kelelahan mereka tertidur panjang, istirahat dengan lelap